Sabtu, 08 Januari 2011

Oh yeah, that's how it works!

Wah udah lama banget nih ga posting. Sekarang ceritanya gw lagi libur semesteran sebulaan. Dan gak seperti liburan biasanya dimana gw gak betah di rumah, liburan kali ini gw mageeeeeeeeer banget. Rasanya cuma pengen nonton TV dan main internet dari pagi sampe malem (Yeah, get a life!). Naaah karena ituu gw lagi seneng streaming serial favorit gw, How I Met Your Mother. Di episode 8 season 5 yang judulnya "The Playbook" ceritanya Barney sama Robyn baru putus terus si Robin bilang dia mau fokus kerja dan gamau nyari hubungan lagi. Then, I got this quote:

Robyn: Alright, I'm going to go get the paper.

Ted: More like go get a husband

Marshall: Heh, totally...

Robyn: Ok guys, stop that, seriously. The last thing I'm looking for right now is a relationship.

Ted: Uh huh... When you pick up that paper make sure you check the wedding announcements.... FOR YOURS.

Marshall: Robyn, it's like this; Do you have any idea how many in my life I've gone to the freezer looking for frozen waffles and not found them?

Robyn: Thousands?

Marshall: Millions. But when I go to the freezer looking for a popsicle, or the remote control because Lily and I are having a fight and she's hidden it there, do you know what I find? Frozen waffles... That's how it works! You go out there looking for a paper, you're coming back with frozen waffles! In this case, frozen waffles is a guy. Also, could you pick up some frozen waffles? In that case, frozen waffles are... frozen waffles.

P.S on that night Robyn really found a guy


 Isn't it so true? And that's how I found you too. When I was so damn sure I'm tired of looking for the right guy and started to find other things that can make me happy. And there you are, standing outside the door, calling my name, being the more than the right guy. 

Oh how I love How I Met Your Mother! :P 

Jumat, 24 September 2010

.

aku kangen kamu bodoh

Sabtu, 07 Agustus 2010

Get Ready and Sail Away!

Have a great sail my dear, you're a big boy now
Go reach those stars above, they'll smile and shine in your arms
Go fight those fierce winds that would cross your way, they'll surrender by your demand
Good luck my dear, you're a big boy now


If you find any trouble along the way, go on, blow that whistle
And I'll be there

Rabu, 28 Juli 2010

My Favorite Things-OST The Sound of Music

Bule cilik favorit


Kiddy rocker favorit


Artis cina favorit


Preman muka ga santai favorit


Pemain bola favorit


 Butcher favorit


Tukang sate favorit


Orang gila favorit

Sabtu, 17 Juli 2010

Kopi 3in1

Hari itu Senin, atau mungkin Rabu, karena itu jadwal latihanku. Yang kuingat pasti, sore itu aku sedang berada di lapangan, berlatih futsal di hari hari pertamaku sebagai anak SMA. Sore itu aku melihat kamu, sedang bercanda di gawang dengan kakak kelasku, mencoba merusak konsentrasinya dengan caramu yang lucu. Kamu dengan rambutmu yang masih gondrong sebahu, dan tampangmu yang iseng menyebalkan. Aku sebal, karena aku tak kenal kamu sehingga aku tak bisa ikut bercanda denganmu, sebal karena aku ingin berlatih tapi kamu menghalangi gawangku!
Belakangan ku tahu, kamu Efdian Rahman, baru lulus, sekarang anak Binus.

Lalu setiap Senin dan Rabu, aku melihatmu. Perawakanmu yang kurus dan rambut lurusmu yang sebahu, seperti film kungfu (haha). Setiap Senin dan Rabu pula aku melihat seorang cowok kelas 2 yang menarik perhatianku. Aku lupa bagaimana, akhirnya aku dan kamu saling kenal. Begitu pula aku dan si cowok kelas 2. Pada suatu waktu akhirnya aku jadian dengan si cowok kelas 2. Kamu? Entah bagaimana caranya aku lupa, kita mulai kenal dan bercanda. Dan setiap hari sepulang sekolah, aku akan duduk di depan komputerku dan mengetik untukmu yang ada di sebrang komputermu. Kamu, kamu selalu membuat sore soreku menyenangkan dengan kelakarmu yang khas.
Aku menemukan sahabat baru.

Beberapa bulan bersama si cowok kelas 2, aku dan dia akhirnya putus. Aku mengalami patah hati besar besaranku yang pertama.  Kamu, masih ada di Senin dan Rabuku, dan layar komputerku, setia mendengarkan segala keluh kesahku yang itu itu saja. Kamu juga yang memberikanku saran saran yang benar-benar menguatkan, bukan sekedar simpati yang asal lewat. Sejak itu, kamu lah orang yang paling ku percaya untuk berbagi cerita ceritaku. Dengan keisenganmu yang terkadang kelewatan, kamu menghiburku dengan cara yang unik. Ya, menghiburku sampai aku menangis terkena isenganmu. (Kamu pasti ingat maksudku saat melihat gambar dibawah ini hahaha). Aneh memang, tapi kurasa cowok kelas 2 cukup berperan dalam mendekatkan persahabatan kita.Kamu mengajarkanku untuk menghindari pergaulan yang buruk. Kamu memberikanku gambaran dan arah dari dunia yang masih asing buatku.
Aku menemukan seorang kakak yang selalu kuinginkan

Saat aku naik ke kelas 2, kamu dan aku tetap bersahabat. Aku masih melihatmu setiap Senin Rabu dan pada layar komputerku. Kamu akhirnya membantu Randy melatih futsal cewek karena Angga sibuk skripsi. Kamu dan aku juga bersahabat dengan teman-teman baikku sesama anak futsal, Gita dan Diza. Dan dengan semena-mena kamu memanggil kami selir-selirmu sambil memasang tampangmu yang menyebalkan. Trio Macan. Aku, Gita, dan Diza. Dan kamu. si om om .Senin Rabuku selalu menyenangkan. 
Suatu malam selesai futsal, kamu mengantarku pulang. Saat itu kamu terperanjat karena ternyata rumahku hanya beda beberapa rumah dari rumah sahabatmu semasa SMA, Erick. Aku pun tak menyangka, Mas Erick, begitu aku memanggilnya, adalah teman mainku semasa kecil, tapi semenjak kami dewasa kami tak pernah bertemu. Kamu bilang, Mas Erick sekarang kuliah di Amerika dan akan pulang bulan Juni? Aku sebenarnya lupa bulan apa, kita anggap saja Juni.

Akhirnya aku naik ke kelas 3. Aku harus berhenti futsal. Sudah tidak ada lagi Senin Rabu. Walalupun begitu kita tetap saling bercerita. Tentang apa saja. Kuakui, aku sedikit kangen kamu, kangen Senin Rabu kita. Tapi tak apa karena setiap Mas Erick pulang, kita sering menghabiskan waktu bersama. Kamu, Aku, Mas Erick dan Ryo. Aku ingat, tahun itu, saat aku duduk di kelas 3 tiba-tiba Mas Erick dan Ryo jadi menjodoh-jodohkanmu denganku. Aku malu. Aku pikir tidak mungkin. Begitu pula saat aku bercerita ke Gita. Ya, tidak mungkin. Kamu dan aku adalah sahabat. Kamu adalah abangku. Kamu adalah pepen si penjaja bakso hihi :P


Walaupun begitu, hatiku terasa aneh saat mereka menyebut kamu.

Aku masuk kuliah. Tak lupa kamu memberiku nasehat-nasehat akan pentingnya menjaga pergaulan di dunia yang makin lama makin mengganas ini. Tak lupa pula kamu menawarkan jasa "curhat"mu bila nanti ada sesuatu yang kutemui dan tak kumengerti tentang dunia baru itu. Namun, tidak ada lagi Senin Rabu. Aku tinggal di rumah Neneku sekarang, tidak ada lagi waktu untuk bertemu. Hanya ada dirimu di layar komputerku. Tapi kamu masih disana. Masih ada saat aku menangis tengah malam dan ingin bercerita, masih ada saat aku merasa depresi dan tak berguna.

Semester 2 tiba. Aku lupa awal mulanya tapi tiba-tiba kita jadi sering bertemu. Mengadakan acara-acara di hari Sabtu dengan Gita dan Nico, sahabatku, sahabatmu. Mungkin karena saat itu Gita hampir jadian dengan sahabat SMA-mu, Ray. Aku juga lupa. Yang pasti acara Sabtu selalu kunantikan.
Tiba-tiba kamu berubah. Dari yang dulu selalu mencari celah untuk mengatai entah betisku, entah sifat cengengku, atau mantan-mantanku, menjadi orang yang lemah lembut terhadapku. Dengan tumbennya kamu mengarahkan motormu ke Stasiun Tebet hanya untuk mengantarku latihan softball. Aku bingung, kaget. Benar saja, kamu menyatakan perasaanmu padaku. Aku bodoh saat itu, karena tak mau membuka hati. Aku sedang dalam posisi paranoid terhadap cinta. Aku malah menjauhimu. Aku tahu kamu sedih. Aku merasa jahat. Sampai pada akhirnya kamu bicara padaku, bahwa kamu tak mau menggangguku lagi. Aku menangis.

Kuminta padamu untuk melupakan yang kamu katakan. Sungguh saat itu aku kangen padamu. Kangen dengan keisenganmu yang sampai saat ini belum tertandingi siapapun. Kangen dengan bijaknya kamu saat aku berkeluh kesah. Kangen dengan suara tawamu yang menggelegar tanpa henti itu. Kangen dengan cerita-cerita kita tentang mimpi masing-masing, tentang keinginan dan cita-cita. Aku ingin semua seperti dulu.

Waktu berjalan. Kamu dan aku kembali seperti dulu, namun kali ini kamu dan aku menghabiskan waktu bersama hampir setiap hari. Entah di rumah Gita, di tempat softball, atau makan-makan dengan Nico. Seperti mengganti Senin Rabuku yang hilang. Aku senang.

Lalu tiba-tiba seperti badai tornado hatiku berubah 180 derajat. Aku merasa bodoh karena setelah bertahun-tahun mengenalmu luar dalam aku baru menyadari, kamu lah yang selama ini aku cari. Semua kriteria prince charmingku selama ini ada di kamu. Perhaps, you're better. You watched me grow. You helped me grow. Dan tiba-tiba rasa sayangku padamu berubah. Bukan rasa sayang terhadap sahabat, tetapi lebih. Sekarang kamu bagaikan kopi 3 in 1, dan Senin Rabuku berubah jadi Senin sampai dengan Minggu bersamamu :)


Dear Efdian Rahman, they always tell me best friends are forever. Well I hope it's true.


With Love,
Qya

Kamis, 01 Juli 2010

Dear you

I'd love to say 

P.S please don't say a thing before we meet when I get home. sampai bertemu di dermaga :)

Senin, 28 Juni 2010

is it love

How do you know when you’re in love with someone? Is it when he’s the first thing that comes into you mind when you wake up and the last thing that you think of before you go to sleep? Or is it when your heart melts every time he looks into your eyes? The truth is, the signs come in a thousand different ways.

When you’re having a really bad day and hearing his voice on the phone just makes it all go away.When all you want to do is listen to him talk passionately about his plans for the future. When you would sacrifice your shopping time just to cheer him up on the field. When a mention of his name makes you miss him so much. When all you want to do is staying up and taking care of him when he’s sick. When your face glows every time you meet him. When even the way he laughs and eats and sleeps fascinate you. When you realize you can finish each other’s sentences. When you can recognize his perfume from miles away. When you laugh when he laughs. When you love seeing the reflection of yourself in his eyes.When you can’t stop smiling every time people talk about the two of you. When you remember him in your prayer. When you feel that he’s the only one who can understand you. When everything that makes him happy will make you happy, no matter how hurtful it is inside. When you’re often torn between your own egocentricity and your feelings for him. When really you’re mad at him but all you want to do is cry on his shoulder. When you can’t help glancing at him every other second as you’re both in the car and he’s seriously watching the traffic. When you actually enjoy the moment when he’s teasing you eventhough you’re pissed. When you dream of yourself being married to him with kids. When you want to be the woman who makes him coffee and puts on his tie every morning. When you’re seriously reconsidering the relocation because it means leaving him as you move to another countryWhen you find his boyish whining attitude is endearing. When you find his snoring endearing. When you have your own nickname for him. When every time his name pops up in your inbox you smile. When you gladly wipes his sweat as he changes your flat tire. When you find his singing entertaining even though he can’t carry a tune. When you forget when was the last time his name doesn’t cross your mind. When you can remember perfectly the sound of his funny laugh, his fake laugh, and his amused laugh. When he’s the only face you want to be on your 500 bucks Anya Hindmarch be-a-bag. When you would stay awake just to watch him sleep. When you’re seriously thinking of getting a tattoo of his name on your left hand. When he makes you happy and makes you cry at the same timeWhen you want him to always be your ‘imam’ when you’re praying. When you’re glad that you can be helpless sometimes because it means you can rely on his strong arms to help you.When being with him makes you want to be a better person. When everything could go wrong in the world and it’s okay, because he’s there, with you.


taken from : A Cup of Tea by Gita Savitri Devi
make your own one and let me know, bold/larger the line that fits you.